Semua manusia memiliki segudang bakteri dan mikroorganisme lain dalam
ususnya. Bahkan, pada dasarnya, manusia memiliki bakteri sekitar sepuluh
kali lebih banyak dibanding jumlah sel dalam tubuh kita. Para penumpang
gelap ini ternyata sangat penting bagi kesehatan kita.
Mereka membantu kita mencerna makanan dan menyediakan energi serta vitamin. Bakteri yang hidup dalam usus ini juga berfungsi mencegah bakteri jahat, seperti Salmonella yang menyebabkan infeksi. Bahkan sejumlah reaksi biokimia yang membangun dan memelihara tubuh kita berasal dari bakteri usus.
Hubungan yang saling menguntungkan ini tak selamanya berlangsung manis. Jika bakteri dalam usus tidak seimbang, kerusakan dan peradangan dapat terjadi di berbagai lokasi dalam tubuh. Ketidakseimbangan bakteri usus dapat memicu penyakit Crohn dan ulcerative colitis, bahkan gangguan hati.
Kelompok riset yang dipimpin oleh Jayne Danska di Sick Children’s Hospital di University of Toronto dan Andrew Macpherson di Clinic for Visceral Surgery and Medicine di University of Bern menunjukkan bahwa pengaruh bakteri usus jauh lebih luas, termasuk mempengaruhi kemungkinan seseorang mengidap diabetes.
Pada anak dan remaja, diabetes kerap disebabkan oleh sel sistem kekebalan tubuh yang merusak sel khusus pankreas penghasil hormon insulin. Sekitar 30 tahun lalu, peneliti Jepang menemukan bahwa strain tikus laboratorium NOD cenderung mengidap diabetes. Tikus tersebut memiliki banyak gen yang sama seperti yang membuat manusia rentan terhadap penyakit itu.
Dengan bantuan fasilitas khusus University of Bern dan University of Toronto, Danska dan Macpherson mampu menunjukkan bahwa bakteri usus, khususnya pada tikus jantan, dapat menghasilkan hormon dan senyawa biokimia yang menghentikan diabetes.
Diabetes pada anak dan remaja semakin sering ditemukan. Para dokter bahkan memperkirakan munculnya epidemi diabetes. Peningkatan kasus penyakit diabetes terjadi selama 40 tahun terakhir, ketika rumah dan lingkungan kita semakin bersih dan higienis.
“Kami harap pemahaman baru tentang kemungkinan bakteri usus dapat melindungi anak-anak yang rentan terhadap diabetes ini bisa membantu pengembangan cara pengobatan baru untuk mencegah anak-anak dari diabetes,” kata Macpherson.
SCIENCEDAILY | TJANDRA
Mereka membantu kita mencerna makanan dan menyediakan energi serta vitamin. Bakteri yang hidup dalam usus ini juga berfungsi mencegah bakteri jahat, seperti Salmonella yang menyebabkan infeksi. Bahkan sejumlah reaksi biokimia yang membangun dan memelihara tubuh kita berasal dari bakteri usus.
Hubungan yang saling menguntungkan ini tak selamanya berlangsung manis. Jika bakteri dalam usus tidak seimbang, kerusakan dan peradangan dapat terjadi di berbagai lokasi dalam tubuh. Ketidakseimbangan bakteri usus dapat memicu penyakit Crohn dan ulcerative colitis, bahkan gangguan hati.
Kelompok riset yang dipimpin oleh Jayne Danska di Sick Children’s Hospital di University of Toronto dan Andrew Macpherson di Clinic for Visceral Surgery and Medicine di University of Bern menunjukkan bahwa pengaruh bakteri usus jauh lebih luas, termasuk mempengaruhi kemungkinan seseorang mengidap diabetes.
Pada anak dan remaja, diabetes kerap disebabkan oleh sel sistem kekebalan tubuh yang merusak sel khusus pankreas penghasil hormon insulin. Sekitar 30 tahun lalu, peneliti Jepang menemukan bahwa strain tikus laboratorium NOD cenderung mengidap diabetes. Tikus tersebut memiliki banyak gen yang sama seperti yang membuat manusia rentan terhadap penyakit itu.
Dengan bantuan fasilitas khusus University of Bern dan University of Toronto, Danska dan Macpherson mampu menunjukkan bahwa bakteri usus, khususnya pada tikus jantan, dapat menghasilkan hormon dan senyawa biokimia yang menghentikan diabetes.
Diabetes pada anak dan remaja semakin sering ditemukan. Para dokter bahkan memperkirakan munculnya epidemi diabetes. Peningkatan kasus penyakit diabetes terjadi selama 40 tahun terakhir, ketika rumah dan lingkungan kita semakin bersih dan higienis.
“Kami harap pemahaman baru tentang kemungkinan bakteri usus dapat melindungi anak-anak yang rentan terhadap diabetes ini bisa membantu pengembangan cara pengobatan baru untuk mencegah anak-anak dari diabetes,” kata Macpherson.
SCIENCEDAILY | TJANDRA
0 komentar:
Posting Komentar